ICB
Insan cendekia baitulmaal
Pengertian
Progam
Pembinaan pelajar plus pemberian beasiswa bagi pelajar yatim dhuafa
Latar belakang
Awalnya
merupakan program santunan beasiswa kepada pelajar yatim dhuafa. Kemudian dibentuk
ICB, pelajar tersebut dikumpulkan, dan
mendapat pembinaan rutin. Kemudian tahun
2015 dibuka pendaftaran ICB untuk pelajar umum (bukan hanya yatim dhuafa, hanya
mereka tidak mendapat santunan beasiswa).
Semua
yang kami lakukan adalah proses. Mencoba melihat dan mendengar kesulitan orang
lalu berupaya membantu. Tentu saja upaya dan penanganan kami banyak memiliki keterbatasan.
Berikut
ini adalah beberapa profil sederhana binaan ICB
Santi kurnia fatma, anak yatim, ketiga dari 3 bersaudara. Pendapatan
ibunya hanya 400an ribu perbulan (sulit dibayangkan bagaimana bisa
menyekolahkan 3 orang anaknya secara bersamaan). Selama SMP ranking satu.
Sekarang sudah kelas 1 SMK. Saat pembinaan tentang fadhilah shalat subuh jamaah. Anak ini melaksanakannya.. saat subuh
tiba karena takut gelap, ia meminta ibunya mengantarkan ke masjid meski hanya
sampai depan rumah.. lalu ia berlari kemasjid.
Wildan agung, anak ini menjadi tumpuan keluarganya, awalnya kami
kaget saat membayarkan SPP sekolahnya
di SMK (karena sebelumnya beasiswa itu langsung kami berikan ke anak) anak ini
ternyata juga sudah mendapat beasiswa di sekolah dan saat kami pertimbangkan
apakah beasiswa kami hentikan saja. Ternyata uang itu pun digunakan untuk hidup
sehari-hari karena ibunya (yang bekerja jadi tukang rosok) sering sakit. Tahun
2015 lulus SMK. Sekarang sudah bekerja di jakarta. Ramadhan kemarin kirim uang
ke kami untuk dibelikan kurma satu dus untuk dibagikan ke orang-orang yang
berpuasa.
Riana citra, anak yatim sejak lahir, tanpa saudara, hidup dengan
neneknya, lulus tahun kemarin. Saat libur sekolah kadang jualan baju dari rumah
kerumah untuk uang saku. Saat ini mondok. Menghafal al-quran.
Dedi, pelajar SMK. Bapak ibunya masih lengkap. namun hanya ibunyalah yang
mendukung sekolahnya. Yang berupaya membiayai sekolahnya. Anak ini terkadang nimpali letong (membersihkan kotoran)
sapi tetangganya, terkadang buruh angkut batu bata. Namun yang lebih menarik,
anak ini setiap hari membersihkan masjid. Terkadang setahun sekali mengecatnya.
Ravita nurjannah, anak pertama dari 2 bersaudara. Sebuah keluarga
sederhana. Kedua orang tuanya buruh di kampung. Setiap berangkat sekolah maupun
pembinaan naik sepeda. Anak ranking 1 ini, paling rajin mencatat saat
pembinaan. Saat ini kuliah di UNDIP. Dapat beasiswa bidik misi
Azky, binaan
non beasiswa, anak ke dua dari 3
bersaudara ini lulus SD tahun ini, paling tertib shalat jamaah diantara semua
binaan kami. Hampir semuanya dilaksanakan berjamaah dimasjid. Suatu saat
sekolahnya melewati waktu dzuhur dia mengajak guru dan teman-temannya untuk
shalat berjamaah. Keluarganya sederhana, bapaknya tukang becak, ibunya ibu
rumah tangga. Anak yang mendapat nem tertinggi dikelasnya ini bercita-cita jadi
pengusaha.
Tujuan pembinaan
Membantu
dan mendukung pelajar menjadi pelajar yang unggul
ü
Tertib ibadah
ü
Benar aqidah
ü
Berakhlak
ü
Ranking 1
Pembinaan
Pertemuan
pembinaan setiap ahad, sebulan sekali ada kelas untuk wali ICB
Bagi
yang shalat subuh berjamaah ada uang sakunya Rp 1.000,- / hari
Estimasi kebutuhan dana
No
|
Kategori
|
Beasiswa
|
Uang saku
|
Kuota
|
|
Jumlah
|
1.
|
SMA/K
|
Rp 100.000,-
|
-
|
25 anak
|
|
Rp 2.500.000,-
|
2.
|
SMP
|
Rp 50.000,-
|
-
|
25 anak
|
|
Rp 1.750.000,-
|
3.
|
Kuliah/ khusus
|
Rp 150.000,-
|
|
3 anak
|
|
Rp 450.000,-
|
4.
|
Pondok
|
Rp 170.000,-
|
|
1
|
|
Rp 170.000,-
|
5.
|
Non beasiswa
|
-
|
Rp 20.000,-
|
20
|
|
Rp 400.000,-
|
6.
|
Pembinaan*
|
|
|
|
|
Rp 700.000
|
|
|
Jumlah
|
|
74 anak
|
|
Rp 5.970.000,-
|
*biaya transpot 4 kali pembinaan dari Tim Pondok Sajada Yogjakarta plus konsumsi
Penutup
Program
ini muaranya adalah kepedulian. peduli pada orang lain yang lebih lemah, yang
masih belajar. Memutus rantai kemiskinan dan kebodohan. sehingga meningkatkan
kualitas umat. Semoga melahirkan keberkahan dan menjadi amal jariyah bagi semua
yang terlibat.
Klaten, 06 Agustus 2016
Baitulmaal
Ahmad Dahlan
Habib
ma’shum